Satu Dekade Kepemimpinan, SD Negeri 006 Raja Bejamu Justru Kian Terpuruk, Diduga Ada Penyelewengan Dana BOS
Rokan Hilir, Riau — Harapan masyarakat terhadap kemajuan pendidikan di daerah pedalaman kembali tercoreng. SD Negeri 006 Raja Bejamu, yang berlokasi di Sungai Tabuan, Kecamatan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir, kini menjadi sorotan publik. Sekolah dasar negeri ini diduga mengalami kemunduran serius di bawah kepemimpinan Nuzulina, kepala sekolah yang disebut telah menjabat hampir satu dekade.

Alih-alih menunjukkan kemajuan, kondisi sekolah justru memprihatinkan. Dari pantauan dan keterangan sejumlah sumber, sarana dan prasarana di SD Negeri 006 Raja Bejamu disebut jauh dari kata layak. Fasilitas belajar seperti meja dan kursi murid sudah dalam kondisi rusak parah, bahkan sebagian di antaranya tak lagi dapat digunakan dengan aman.
Ironisnya, meski setiap tahun sekolah menerima kucuran Dana BOS dari pemerintah pusat, kondisi tersebut tak banyak berubah. Sejumlah wali murid menuturkan, mereka kecewa dengan buruknya perhatian pihak sekolah terhadap kebutuhan dasar pembelajaran anak-anak mereka.

“Kursi dan meja di kelas sudah banyak yang patah, kadang anak-anak belajar di bangku yang nyaris roboh. Buku pelajaran pun hampir tidak ada, anak saya dari kelas 1 sampai sekarang kelas 5 belum pernah dipinjamkan buku paket dari sekolah,” ungkap seorang wali murid dengan nada kecewa.
Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar: ke mana sebenarnya aliran dana BOS di sekolah tersebut digunakan selama ini?
Kritik tajam datang dari Rudi Hartono, Ketua Tim Informasi dan Data DPD KPK Independen Kabupaten Rokan Hilir. Ia menduga kuat adanya penyimpangan dalam pengelolaan Dana BOS di SD Negeri 006 Raja Bejamu.
Menurut Rudi, indikasi penyalahgunaan terlihat dari pola serapan anggaran tahunan yang dinilai tidak proporsional. Pos pengeluaran untuk kegiatan ekstrakurikuler dan administrasi disebut lebih besar dibandingkan pos penting lain seperti pemeliharaan sarana prasarana dan pengembangan perpustakaan, dua sektor vital yang langsung berdampak pada mutu pembelajaran siswa.
“Kuat dugaan kami, ada penyelewengan dana BOS dalam kurun waktu hampir sepuluh tahun terakhir. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat nyaman untuk belajar malah seperti dibiarkan terbengkalai. Bagaimana mungkin anak-anak bisa berprestasi kalau belajar di ruang kelas yang rusak dan tanpa buku pelajaran?” tegas Rudi dengan nada geram.
Ia menambahkan bahwa pihaknya akan segera menindaklanjuti temuan tersebut dengan melaporkan dugaan penyimpangan ini ke Kejaksaan Negeri Rokan Hilir, khususnya ke bagian Pidana Khusus (Kasipidsus) untuk dilakukan pemeriksaan mendalam.
“Kami tidak akan tinggal diam. Ini bukan hanya soal uang, tapi soal masa depan anak-anak bangsa. Kami ingin pendidikan di Rokan Hilir tidak lagi dikorbankan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,” pungkasnya.
Para pemerhati pendidikan menilai, seorang kepala sekolah sejatinya menjadi ujung tombak perubahan dan penggerak kemajuan di satuan pendidikan. Namun ketika kepemimpinan kehilangan arah dan semangat pengabdian, maka sekolah akan terjebak dalam stagnasi, bahkan kemunduran.
Buruknya kondisi SD Negeri 006 Raja Bejamu menjadi cermin betapa lemahnya pengawasan terhadap pengelolaan dana pendidikan di daerah. Dana BOS yang seharusnya menjadi penopang utama peningkatan mutu sekolah justru berpotensi disalahgunakan oleh pihak-pihak yang lalai terhadap tanggung jawab moral dan administratifnya.
Masyarakat berharap Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hilir tidak menutup mata terhadap kondisi yang terjadi. Sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kepemimpinan di sekolah-sekolah yang stagnan, serta audit transparan terhadap penggunaan dana BOS.
Pendidikan adalah fondasi masa depan. Ketika sekolah dibiarkan rusak, guru kehilangan semangat, dan murid belajar tanpa fasilitas layak, maka yang runtuh bukan hanya bangunan sekolah, tetapi harapan generasi muda untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Pewarta: Adi Riswanto






