Speed Boat Ambulance Mangkrak, Warga Pertanyakan Dana Perawatan Dinkes Tanjab Barat

Tanjab Barat, Hajarnews.com – Program inovatif Bupati Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat), Drs. H. Anwar Sadar, M.Ag., berupa pengadaan ambulance air untuk wilayah perairan kini berada di ujung tanduk. Salah satu unit speed boat ambulance air berjenis fiber yang digadang-gadang menjadi solusi layanan kesehatan cepat bagi masyarakat bantaran Sungai Pengabuan kini justru teronggok tanpa fungsi, terancam berubah menjadi besi tua.

Speed boat tersebut, yang dulunya beroperasi di bawah kendali Dinas Kesehatan Tanjab Barat, sudah hampir satu tahun tidak lagi digunakan. Ironisnya, kapal yang merupakan hasil dari program pro-rakyat itu kini dibiarkan terbuka di Pelabuhan Lasdap, terpapar hujan dan panas tanpa pelindung.

Bacaan Lainnya

Kondisi ini memicu reaksi keras dari masyarakat. Warga mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam merawat aset publik yang bernilai strategis. “Kenapa dibiarkan terbengkalai? Ke mana dana perawatannya?,” tanya seorang warga dengan nada geram.

Sejumlah warga juga mendesak agar pihak-pihak terkait, termasuk DPRD dan pengawas anggaran, melakukan audit pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan. “Jangan-jangan dananya ada, tapi tidak digunakan sebagaimana mestinya. Coba cek di DPA, jangan sampai disalahgunakan,” tambah warga lainnya.

Diketahui, Tanjab Barat memiliki dua unit speed boat ambulance, masing-masing berbahan dasar kayu dan fiber. Namun hanya kapal kayu yang masih aktif beroperasi hingga kini.

Kepala Dinas Kesehatan Tanjab Barat, Zaharuddin, membenarkan bahwa ambulance fiber telah berhenti beroperasi karena tingginya biaya operasional. “Dana operasional dialihkan ke speed boat kayu. Speed boat fiber memang sudah tidak digunakan karena biayanya besar,” ujarnya saat dikonfirmasi via WhatsApp, Jumat (09/5/25).

Menanggapi situasi ini, masyarakat mendesak Komisi II DPRD Tanjab Barat agar segera bertindak. “Jangan diam saja. Program ini menyentuh langsung kebutuhan warga di daerah sungai. Sayang kalau akhirnya rusak begitu saja karena kelalaian,” ungkap seorang tokoh masyarakat.

Program yang dulunya menuai pujian kini justru terancam menjadi simbol kegagalan pengelolaan aset daerah. Masyarakat berharap, langkah tegas segera diambil agar ambulance air jenis fiber itu bisa kembali mengarungi sungai, bukan terkubur di pelabuhan sebagai rongsokan.  (Den/*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *